Membabi buta amuk badai semalam
Telah koyak seluruh pertahanan
Menuntas setiap keyakinan
Nyatanya hingarmu hanyalah bungkam
Lihatlah nyeri lukaku semakin menganga
Sayatan-sayatan kecilmu begitu menyiksa
Tak kau dengarkah laung rasaku
Tak menembus hatimukah desah dari setiap nyeriku
Aku menjerit dalam sakitku
Mengerang dalam lukaku
Menista setiap kehadiran belenggu rasa
Melaknat setiap repihan dosa
Aku terhempas dipadang de murca
Diammu mematung serupa arca
Lihatlah sang gagak begitu sabar menemaniku
Setia menanti saat pekik kematian memelukku
Rembulan telah memucat tanpa rona
Menahan perih tercabik dusta
Gelap menghampar melumat pesona
Telah termaklumlah laknat atas nama cinta
Wahai langit malam..
Kemanakah kau bawa pergi jinggaku
Mengapa warnamu semakin kusam
Tak kau dengarkah resah jiwaku...
Telah koyak seluruh pertahanan
Menuntas setiap keyakinan
Nyatanya hingarmu hanyalah bungkam
Lihatlah nyeri lukaku semakin menganga
Sayatan-sayatan kecilmu begitu menyiksa
Tak kau dengarkah laung rasaku
Tak menembus hatimukah desah dari setiap nyeriku
Aku menjerit dalam sakitku
Mengerang dalam lukaku
Menista setiap kehadiran belenggu rasa
Melaknat setiap repihan dosa
Aku terhempas dipadang de murca
Diammu mematung serupa arca
Lihatlah sang gagak begitu sabar menemaniku
Setia menanti saat pekik kematian memelukku
Rembulan telah memucat tanpa rona
Menahan perih tercabik dusta
Gelap menghampar melumat pesona
Telah termaklumlah laknat atas nama cinta
Wahai langit malam..
Kemanakah kau bawa pergi jinggaku
Mengapa warnamu semakin kusam
Tak kau dengarkah resah jiwaku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar