ASA DI PARUH MALAM

Menanti air mata fajar
Merinai di pagi ini
Aku kehilangan bias rembulan
Hanya sebongkah cakrawala sunyi
Yang menjuntai diantara hamparan pekat
Sesunyi hembusan nafasmu
Yang tersapu oleh rinai hujan
Malam ini aku kehilangan kanvas
Untuk melukis paras-mu
Semakin ku lukis paras-mu
Bayang-mu semakin menghilang
Dalam kuluman gulita-nya malam
Asa yang ingin ku rengkuh
Kian jauh meninggalkan jejak mentari
Mampukah aku menatap kilau mentari
Tanpa peneduh
Jika terik mentari begitu menyengat
Dan tak henti membakar peluh
Entahlah
Karena hujan yang merinai
Selalu didahului badai yang kunjung usai
Meskipun hujan telah merinai
Namun awan hitam tak jua sudi beranjak pergi
Hingga lekukan pelangipun
Selalu datang terlambat